Menghadirkan narasumber Ketua RMI NU Pusat, KH. Abdul Ghofarrozin, M.Ed., Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial (PUSAT FISI) kemarin (27/11/2015) menyelenggarakan Forum Kamisan bertemakan “Peta Pesantren Nusantara”. Dihadiri Dosen dan mitra PUSAT FISI, diskusi tersebut berjalan antusias mengelaborasi tema pesantren yang diangkat.

Mengapa tema pesantren yang diangkat? Karena PUSAT FISI merupakan satu-satunya Pusat Studi di IPMAFA yang concern dalam bidang pesantren dan Fiqh Sosial sebagai produk dari pesantren itu sendiri. Dengan demikian, PUSAT FISI semakin tegas posisinya sebagai Pusat Studi yang menjadi representasi dari visi IPMAFA, sebagai perguruan tinggi yang mengusung nilai-nilai pesantren sebagai dasar pendidikannya. Merumuskan epistemologi dan genealogi keilmuan pesantren, menjadi salah satu tugas besar PUSAT FISI di samping terus mengembangkan fiqh sosial dan mengerucutkan epistemologi dan metodologinya. Demikian yang disampaikan Umdatul Baroroh MA. dalam pengantarnya sebelum narasumber menyampaikan materi.

Pembahasan mengenai pesantren sendiri sangat luas dan dalam, tidak dapat dibicarakan tuntas dalam satu waktu. KH. Abdul Ghofarrozin, M.Ed., mengelaborasi tema pesantren dalam diskusi kemarin dengan membahas tentang pentingnya mengubah sikap pesantren untuk berasosiasi, mengembalikan peran pesantren dalam mereproduksi ulama, dan bagi Pusat Studi seperti PUSAT FISI, harus memperbanyak diskusi, kajian, dan menghasilkan karya tulis tentang pesantren.

Eksistensi pesantren dengan segala sesuatu di dalamnya, baik dalam konteks peran Kiai sebagai center of social change, maupun pesantren secara kelembagaan, sangat penting dilestarikan sekaligus dikembangkan. Demikian halnya dengan perannya sebagai center of Islamic and moral education, harus dikembalikan dengan dibarengi kemampuan pesantren mengedukasi santrinya, agar mampu mengkontekstualisasikan ilmu yang dikuasainya dalam merespon kebutuhan zaman. Tidak menutup kemungkinan, pesantren akan memanfaatkan tegnologi dan pemetaan pasar untuk melakukan itu. Mengingat pesantren sebagai lembaga pendidikan yang lahir dan berkembang di tengah-tengah berjalannya dinamika sosial, ekonomi, dan politik masyarakat, ia harus mampu terus mengawal berjalannya dinamika masyarakat tersebut.

Pesantren memiliki begitu banyak potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk memainkan peran-peran utama dan strategis dalam pendidikan Islam dan moral, sekaligus pengembangan masyarakat. Di antaranya dari sisi kuantitas dan sejarah. Pendidikan pesantren memiliki jejaring keilmuan yang luas menurut peta Islam nusantara hingga ke Malaysia dan Filiphina. Dan jejaring keilmuan Islam yang dimiliki pesantren bukanlah jejaring keilmuan Islam yang radikal. Bahkan pendidikan pesantren sangat menjunjung tinggi identitas dan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, pesantren memiliki peran strategis dan sangat relevan ruh pendidikannya sebagai model pendidikan, khususnya di Indonesia sebagai negara yang heterogen. Untuk itu, pesantren sudah saatnya berasosiasi untuk membangun kekuatan dan jaringan kerjasama.