Jepara- Bedah buku Metodologi Fiqih Sosial kembali digelar. Kali ini oleh alumni Fakultas Syari’ah UNISNU Jepara yang bertempat di gedung KH. Sahal Mahfudz kampus UNISNU, dengan Narasumber Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag dan Ahmad Ali Munir atau yang akrab disapa Gus Aam, Jum’at (4/9).
Acara bedah buku yang menghadirkan dua narasumber dari pesantren ini, berjalan dengan lancar dan khidmat, keduanya memberikan pandangan yang berbeda. Serta memberikan argumen dan gagasan yang sangat urgen kepada para peserta yang hadir di gedung Fakultas Syari’ah tersebut.
Pada sesi pertama misalnya yang disampaikan oleh Dr. Sa’dullah Assa’idi, menjelaskan bahwa fiqih sosial yang digagas oleh KH. Sahal Mahfudz memang tidak lepas dari beragam masalah dan problematika yang ada di masyarakat, sehingga fiqih sosial ini ada untuk memberikan solusi hukum kepada masyarakat untuk kemaslahatan umat. Sehingga dengan adanya fiqih sosial ini, masyarakat bisa memahami fiqih secara komprehensif dan bisa mengambil manfaatnya. Berawal dari situlah Fiqih Sosial Institute muncul di kampus STAI Mathali’ul Falah, yang tidak lain tujuannya adalah meneruskan tongkat estafet perjuangan Kyai Sahal.
Selain itu berbicara mengenai fiqih sosial, Kyai Sahal mempunyai kebiasaan yakni istiqomah dalam ta’alum dengan Kyai Zubair saat beliau masih nyantri di Sarang. Sehingga dari ta’alum dengan Kyai Zubair itu, menghasilkan salah satu karya yang fenomenal yakni kitab Thoriqotul Khushul Ala Ghayatul Wuishul yang dikaji di beberapa negara timur tengah. Selain itu fiqih sosial lahir, tidak luput dari hasil ijtihad Kyai Sahal yang merujuk pada maqashid al syari’ah.
Sedangkan pada sesi kedua, menurut Gus Aam menambahkan, dalam dunia ushul fiqih, perlu adanya formula yang tepat untuk mengistilahkan maqasid syari’ah yang lebih tepat dan menjadikan ilmu yang bisa diakui, mandiri serta indepeden.
Oleh karena itu, kita sebagai santri Kyai Sahal perlu adanya penyegaran dan ijtihad baru agar bisa melanjutkan estafet perjuangan Kyai Sahal dalam mengedepankan pemikiran nilai-nilai sosial, mengedepankan khazanah keilmuan, serta untuk melahirkan Sahalian-sahalian baru. SIS